Selasa, 16 Julai 2013

Hikmah Tiada Jodoh

Bila putus cinta, tak jadi kahwin, putus di tengah jalan..
Kita biasa dengar ungkapan ni.
"Dah takde jodoh..."

Tapi saya nampak ianya lebih dari itu. Ada banyak punca, antaranya:

Ianya adalah pengajaran dari Tuhan.

Orang bercinta atau orang yang tengah sayang menyayangi, timbul sampai ke satu tahap mereka rasa, atau salah seorang dari mereka rasa,

"Dialah segala-galanya bagi aku."
"Aku hanya sayang dia seorang."
"Cinta aku hanya untuk dia."
"Rinduku milik dia."
"Ah, hanya dia."
"Hatiku milikmu."
"Dialah satu, tiada dua."
"Hanyalah satu yang bertakhta di hatiku."
"Kalau aku ada kambing seekor, aku hanya akan berikan padamu."
dan bermacam lagilah.

Bila sampai ke tahap ini, maka mereka yang terlibat sebenarnya telah buat kesilapan yang besar iaitu MELEBIHKAN seseorang dari YANG LEBIH PATUT DILEBIHKAN.

Dgn kata lain, melebihkan cinta seseorang melebihi cinta kepada Tuhan.

Pada Tuhan tak pernah² diluahkan rasa sayang dan kasih sebegitu dahsyat. Tapi, pada manusia yang tak beri manfaat apa-apa, dia beri segalanya. Beri hatinya.

Lalu, Allah STOPKAN perhubungan tu. Maka terputuslah di tengah jalan.

Tak kiralah putus sebab apa pun. Sebab orang ketiga, sebab salah faham, sebab gaduh, sebab mak bapak tak berkenan, sebab keluarga, sebab harta, sebab sikap, sebab tak sefahaman, sebab nafsu tak dapat kontrol, sebab cempedak jadi nangka, sebab berebut murtabak dan macam2 sebab lagi. Itu cumalah asbab.

Sedang yang mengawal hati, menentu jodoh, menjadikan hubungan itu smooth atau celaru, semua di tangan Allah.

After hubungan tak kesampaian, sekarang siapa yang kau tuju?

Allah juga jadi tempat yang dituju.
Allah juga jadi tempat mengadu.
Lalu terpacullah dari bibir,
Tertaiplah pada statusmu, blogmu, nukilanmu,

"Cukuplah Allah bagiku."

Selama ini kita cabar Allah dengan melebihkan manusia dari Dia.
Lalu Dia seru sahaja mengikut iradat-Nya,


"Kun Fa Yakun."

Putuslah.
Berakhirlah.

"Kembali sujud pada-KU!"

Sekarang setelah dah tiada jodoh,
Siapa yang kau lebih perlukan?

Barulah tersedar,
"Aku perlukan Allah.
Aku sayang Allah."

Akhir kata, jangan cabar Allah.
Dengan atau tanpa sengaja.


oleh:Muhammad Rusydi 

MAKNA LAA IKRAHA FIDDIN


لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 


Artinya:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Thaghut yang dimaksud adalah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT.

Sebagian orang salah dalam memahami ayat di atas sehingga terjebak dalam pemahaman pluralisme agama, yaitu bahwa semua agama itu benar, dan Islam bukanlah agama yang paling benar. Paham ini juga mengajarkan bahwa Islam memberi kebebasan kepada manusia untuk memeluk agama apa saja, dan agama apapun dapat mengantarkan pemeluknya kepada surga Allah Ta'ala.


Menurut para pluralis, dalam Islam tidak ada konsep mukmin dan kafir. Padahal Islam sama sekali tidak mengajarkan pluralisme agama, dan Islam mengajarkan tauhid. Allah SWT sama sekali tidak ridha terhadap agama selain Islam, serta segala bentuk kemusyrikan. 

Lalu bagaimana dengan ayat di atas...

Menurut Ash Shabuni.
Mereka menafsirkan ayat tersebut,
Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam karena telah jelas perbedaan antara kebenaran dan kebathilan dan hidayah telah terbedakan dari kesesatan.

Menurut Ibnu Katsir.
Tidak ada yang dipaksa untuk memeluk agama Islam karena telah jelas tanda dan bukti kebenaran Islam seingga tidak perlu lagi memaksa seseorang untuk memeluk agama Islam. Orang yang diberi hidayah oelh Allah SWT untuk menerima Islam, lapang dadanya dan dicerahkan pandangannya sehingga ia memeluk Islam dengan alasan yang pasti.
Namun, orang yang hatinya dibutakan oleh Allah SWT dan ditutupi hati serta pandangannya, tidak ada manfaatnya memaksa mereka untuk masuk islam.
(Tafsir Ibnu Katsir)

Menurut Ibnu Jarir Ath Thabari.
Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kebatilan. Dan telah jelas sudah sisi kebenaran bagi para pencari kebenaran, dan kebenaran itu telah terbedakan dari keseatan. Sehingga tidak perlu lagi memaksa para ahli kitab dan orang-orang kafir yang dikenai jizyah untuk memeluk agama islam, agama yang benar.

Dan orang-orang yang berpaling ini setelah jelas baginya, biarlah Allah SWT yang mengurusnya. Sungguh Allah lah yang akan mempersiapkan hukuman bagi mereka di akhirat kelak.

(Tafsir Ath Thabari).

Satu hal yang jelas dan pasti, bahwa yang wajib dijadikan pegangan oleh setiap muslim yaitu bahwa ayat-ayat Al Qur'an tidak ada yang saling bertentangan.

Allah SWT berfirman,

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا 


Artinya:
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(QS. Ali Imran: 19).



Dan di ayat yang lain, pemahaman bahwa semua agama sama dan semua agama itu benar, telah dibantah oelh Allah SWT sendiri sebagaimana firman-Nya,


وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ 

Artinya:
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.
(QS. Ali Imran: 85)